Pages

Jumat, 01 April 2011

'Fukushima 50' & Sukarelawan yang Siap Mati Hadapi PLTN Fukushima

'Fukushima 50' & Sukarelawan yang Siap Mati Hadapi PLTN FukushimaTokyo - Gempa dan tsunami yang melanda Jepang menimbulkan insiden bertubi-tubi: ledakan dan kebakaran di reaktor PLTN Fukushima Daiichi. Di saat warga Jepang dievakuasi ke zona aman, mereka, para pekerja PLTN dan para sukarelawan harus berjibaku 'menjinakkan' reaktor nuklir.

Sejak pekan lalu, usai gempa, sekitar 800 pekerja dari Tokyo Electric Power Co (Tepco), pengelola PLTN Fukushima, dievakuasi. Namun masih ada sekitar 50 pekerja yang harus tinggal untuk menanggulangi masalah-masalah yang timbul di PLTN ini. Mereka mendapat sebutan, 'Fukushima 50'.

Risikonya, jelas tidak kecil, mereka terpapar radiasi tingkat tinggi berkali lipat dari keadaan normal. Jika mereka benar-benar berhasil 'menjinakkan' PLTN, toh risiko radiasi itu tetap saja menguntit.

Bayangkan, Tepco mengatakan bahwa para pekerja PLTN itu terpapar sedikitnya 100 millisievert (dua kali lipat dari standar radiasi pekerja PLTN Jepang dalam keadaan normal per tahun), 2 hingga 13 kali lipat dari hari-hari sebelumnya. Usai ledakan saja, paparan radiasi meningkat hingga 400 mSv per jam.


Padahal, paparan radioaktif yang menyebabkan kanker terbukti minimal mencapai 100 mSV per tahun. Jika terakumulasi mencapai 1.000 mSv akan menyebabkan penyakit kanker yang fatal dalam beberapa tahun ke depan, angka kejadiannya 5 dari 100 orang.

Seorang pekerja Tepco yang dikirim ke RS mengeluhkan mual dan lesu setelah menyerap lebih dari 100 mSv saat membuka katup penahan struktur reaktor untuk melepas tekanan.

Para ahli kesehatan dan nuklir juga mengatakan bahwa paparan hingga 400 mSV membuat sel darah putih seseorang menurun, dan akan menimbulkan mual akut, kerontokan rambut dan gejala-gejala lain. 

Satu dosis radiasi 1.000 mSv menyebabkan sakit seperti mual-mual namun tidak mematikan. Sedangkan satu dosis radiasi 5.000 mSv bisa menyebabkan kematian pada mereka yang terpapar selama 1 bulan. Manusia terpapar oleh radiasi radioaktif 2 mSv per tahun dari sinar matahari, bebatuan dan tanah.

Mengetahui risiko itu, semangat para pekerja PLTN bukannya melemah tapi malah makin membaja untuk menaklukkan PLTN Fukushima. 

"Saya akan bekerja sampai batas," ujar salah satu teknisi Tepco berusia 30 tahun dalam jumpa pers seperti dilansir dari AFP, Senin (21/3/2011).

Salah satu insinyur yang bekerja untuk rekanan Tepco pada harian Mainichi Shimbunmengatakan, "Saya tentu khawatir. Kami bekerja di wilayah yang terpapar radiasi sangat tinggi dan belum yakin apa yang akan terjadi."

"Mungkin akan ada ledakan lain, atau tingkat radiasi mungkin meningkat. Tentu saya punya pilihan untuk menolak dan keluarga saya juga mendukung. Ini adalah keputusan ekstrem yang sulit, dan saya yakin semua orang akan berpikir yang sama," imbuh insinyur itu.

Lain lagi putri dari seorang pekerja, dalam twitter-nya mengatakan ayahnya sukarela pergi ke PLTN. "Ayahku pergi ke PLTN. Saya tak pernah mendengar ibu menangis sangat keras. Orang-orang di PLTN berjuang, mengorbankan diri mereka untuk melindungimu. Kumohon ayah, kembali hidup-hidup," ujar pemilik akun twitter @nekkonekonyaa.

Sedangkan satu istri dari pekerja PLTN, mengatakan bahwa suaminya sangat sadar dengan risiko radiasi itu. "Tolong lanjutkan hidup dengan baik. Saya tak dapat di rumah beberapa waktu," ujar pekerja itu melalui email kepada istrinya.

Putri pekerja PLTN lain menyatakan bahwa ayahnya sangat sadar risiko dan takdir yang dijalaninya. "Ayah masih bekerja di PLTN, mereka kehabisan makanan, kami pikir kondisinya cukup keras. Dia mengatakan sudah menerima takdirnya, seperti pesan kematian," kata putri pekerja dalam salah satu program TV nasional.

"Orang-orang yang bekerja di PLTN ini berjuang tanpa kenal melarikan diri. Mereka yang kesehatannya terkena dampak tetap bekerja keras, tanpa tidur atau makan. Saya hanya berdoa untuk keselamatan semuanya," ujar Michiko Otsuki yang bekerja di dekat Fukushima Nomor 2 (Fukushima Daini).

Kekasih Otsuki yang bekerja di PLTN Fukushima, memberikan pesan pada detik-detik Otsuki dievakuasi dengan mobil perusahaan, "Pergilah untuk keselamatanmu".

Hingga hari ini, 'Fukushima 50' jumlahnya membengkak hingga ratusan, karena masuk teknisi yang dikirimkan dari rekanan PLTN, Toshiba dan Hitachi.

Mereka pun mendapat penghormatan dari seluruh warga Jepang sebagai penyelamat. Seorang pejabat Pemadam Kebakaran mendeskripsikan mereka memerangi 'musuh yang tak tampak'.

"Dengan segala hormat, sangat mengagumkan para pekerja melanjutkan misinya sementara mereka mengetahui dampaknya bagi kesehatan mereka," ujar pejabat Badan Keselamatan Nuklir Jepang.

Pekerja -dibalut jas Tyvex putih, kacamata dan masker wajah- juga memakai dosimeter yang mulai berbunyi untuk memperingatkan mereka berada pada radiasi 80  mSv. Tetapi pakaian itu mungkin tidak cukup untuk memblokir semua radiasi.

Tepco menolak mengatakan berapa banyak pekerja yang terpapar melebihi 100 mSV. Operator juga menolak untuk mengungkapkan identitas dari para pekerja, dengan alasan privasi.

Bagi Tepco, bahaya yang dialami oleh para karyawan adalah bagian dari pekerjaan mereka, yang telah dilatih bertahun-tahun. "Ini tugas mereka," kata seorang pejabat Tepco.

0 komentar:

Posting Komentar