Pages

Selasa, 12 April 2011

New York Dibarter Buah Pala dari Maluku

Pernah dengar nama Pulau Run di Maluku? Kalau tidak pernah, bisa dimaklumi. Pulau yang terletak di Kepulauan Banda (Maluku) ini sangat kecil, hanya 3 kali 1 kilometer besarnya. Tapi pulau inilah yang mengubah sejarah dunia. Kalau tidak gara-gara buah pala dari Pulau Run, kota New York saat ini mungkin masih bernama New Amsterdam.
1302194717877288730
Lokasi Pulau Run (lingkaran kuning) di Kepulauan Banda. Tanda payung A adalah kota Ambon (Google Maps)
Kok bisa? Ini dia ceritanya.
Belanda dan Inggris ketika itu tidak rukun seperti sekarang. Keduanya saling bercakaran yang dikenal dengan nama Perang Inggris-Belanda (Anglo-Dutch Wars) yang berlarutan selama lebih dari 100 tahun (1652-1784). Gara-garanya adalah perebutan dominasi atas jalur perdagangan melalui laut di antara kedua negara adikuasa maritim tersebut.
Pulau Run sendiri, walaupun ukurannya kecil tapi kaya dengan pohon pala yang menjadi incaran penduduk Eropa, tak henti-hentinya menjadi rebutan antara Inggris dan Belanda. Para pedagang Inggris di bawah bendera perusahaan East India Company pertama kali datang di Pulau Run pada tahun 1603 yang kemudian mengikat perjanjian dengan penduduk lokal untuk menjual buah pala hanya kepada Inggris.
Perusahaan dagang Belanda, Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) datang di Amboyna (Ambon) pada tahun 1605 dipimpin oleh Steven van der Hagen. Ibarat anjing bertemu kucing, pertemuan VOC dan East India Company di Kepulauan Maluku menciptakan ketegangan yang memaksa pemerintah kedua negara meneken persetujuan Treaty of Defence di London (1619) yang intinya kedua perusahaan harus bekerjasama secara adil.
Dasar anjing dan kucing, walaupun sudah meneken perjanjian kerjasama, keduanya masih bercakaran. Puncaknya adalah peristiwa Pembantaian Amboyna (1623) yang menyaksikan sepuluh orang Inggris dipenggal kepalanya oleh pihak Belanda atas tuduhan melakukan konspirasi untuk membunuh kepala VOC Amboyna, Herman van Speult.
Pembantaian Amboyna ini di kemudian hari dijadikan alat propaganda oleh pihak Inggris untuk mengobarkan Perang Inggris-Belanda. Walaupun tragedi Pembantaian Amboyna sudah dicoba diselesaikan secara politik melalui Perjanjian Westminster (1654), masih ada pihak-pihak di Inggris yang mencoba membangkitkan kenangan atas tragedi tersebut, yang kemudian menjadi sebab utama berkobarnya Perang Inggris-Belanda babak kedua (1665-1667).
Inggris yang masih menyimpan dendam atas Pembantaian Amboyna, melakukan provokasi dengan menyerang kapal-kapal Belanda dan tidak balas menghormat ketika awak kapal Belanda menghormati bendera Inggris. Pada 24 Juni 1664 Inggris melakukan provokasi luar biasa dengan menyerang koloni Belanda di Amerika Utara, yaitu New Amsterdam (sekarang New York). Belanda balik membalas dengan merampas pos-pos perdagangan Inggris di Afrika. Akhirnya perang babak kedua secara resmi dideklarasikan oleh Raja Inggris Charles II pada 4 Maret 1665.
Bak-bik-buk selama dua tahun, akhirnya keduanya lagi-lagi berdamai. Di kota Breda (Belanda) yang terkenal dengan akademi militernya, Inggris dan Belanda menandatangai Perjanjian Breda (Treaty of Breda) pada 31 Juli 1667. Dua poin terpenting perjanjian tersebut adalah:
1. Inggris mendapat klaim atas koloni Belanda di Amerika Utara yang bernama New Amsterdam, yang kemudian ditukar namanya menjadi New York;
2. Sebagai gantinya, Belanda mendapat kuasa penuh atas Pulau Run di Maluku yang kaya-raya dengan tanaman pala.
Mungkin Anda baru sadar bahwa Pulau Run yang namanya jarang masuk berita itu ternyata pernah dibarter dengan New York yang kini menjadi salah satu kota tersibuk di dunia!
13021953892034107713
New Amsterdam, ibukota koloni New Netherland. New Amsterdam sekarang menjadi Manhattan, jantung kota New York (Wikipedia)
13021955961809781496
Pemandangan Pulau Run, Kepulauan Banda, yang pernah dibarter dengan New York
13022261131254224764
Gemerlapnya New York, sungguh kontras dengan sunyi dan damainya Pulau Run

0 komentar:

Posting Komentar